Sabtu, 09 November 2013

Korupsi Berjamaah

Alhamdulilah, kesadaran masyarakat yang ada disekitar mushalla tempat tinggalku sudah mulai membaik. Dulu, ketika suara azan dikumandangkan (dengan pengeras suara) pertanda masuk waktu shalat banyak yang tidak menggubris. Jangankan pergi ke mushalla untuk shalat berjamaah, beranjakpun tidak. Asik menekuni pekerjaannya tanpa menghiraukan panggilan dari mushalla.
Suatu hari usai shalat maghrib di mushala, kedua kawanku ngajak ngobrol (kebiasaan, diskusi kelas RT) di teras mushalla kecilku. temanyapun tidak jelas, biasanya yah... masalah hangat yang berkembang di negeri kita tercinta ini, masalah korupsi.
 
Kalimat pertama yang muncul dari kawanku tadi adah dia tidak setuju terhadap ungakapan"korupsi berjamaah". "Berjamaah itu kan kalimat yang bagus ya pak, kenapa mesti dicampur dengan kata-kata yang tidak baik seperrti kata "korupsi"?, Sesaat aku merenung, dalam hati aku mengamini dan membenarkan pendapat kawanku tadi. Barusan aku melakukan shalat "berjamaah", suatu perbuatan yang baik dan mulia yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul Nya. Memang betul, "berjamaah" artinya "bersama-sama", shalat berjamaah artinya shalat yang dilakukan bersama-sama dibawah komando seorang imam. sedangkan korupsi artinya "penyelewengan dan penyalahgunaan (uang) unuk kepentingan pribadi ataupun golongan."
Kedua makna tersebut bila kita cermati memang terdapat dua pengertian yang bertolak belakang. Berjamaah adalah suatu kebaikan yang bersifat universal, sedangkan korupsi adalah suatu kemungkaran yang berdampak negatif untuk diri dan lingkungannya.Kita tidak boleh mencampurkan dua kata yang mengandung arti yang berlawanan untuk dikembangkan menjadi kalimat hanya sekedar memperindah kalimat itu sendiri.
"lha terus yang tepat gimana?" tanyaku. " ya korupsi bareng-bareng gitu aja, ga usah bawa-bawa berjamaah segala " jawabnya dengan gaya dialek sinetron di TV.  Saya merasa jadi orang bodoh, mengapa kawanku sejeli itu mencermati bahasa yang berkembang di media (padahal hanya tamat SMP) . Sedangkan aku, yang hampir setiap saat mendengar kata-kata itu terkesan budeg dan tak mau peduli.
Tidak terasa diskusi kami berlangsung hampir  sqtu setengah jam dan berhenti ketika azan berkumandang dari masjid agung, pertanda telah masuk waktu shalat isya dan kami akan melakukannya secara "berjamaah"
Dalam perjalanan pulang, aku berpikir, (menyetujui pendapat kawanku) dan mengajak kepada kawan-kawanku untuk mengunakan bahasa yang lugas dan santun namun tidak mengurangi makna hakiki yang terkandung di dalamnya,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar