Selasa, 29 Oktober 2013

MENYAMBUT DAN MEMBUDAYAKAN TAHUN BARU ISLAM

   Tidak terasa saat ini kita berada di penghujung tahun 1434 H. Berarti, tidak lama lagi kita akan memasuki tahun baru Islam 1 Muharram 1435 H. Sebagaimana kita ketahui bahwa tahun hiriyah itu ditetapkan sebagai penanggalan (kalender) islam dimulai sejak masa pemerintahan Kholifah kedua Khulafaaurrasyidin yakni Kholifah Umar bin Khottob. Tetapi embrionya telah muncul sejak zaman pemerintahan pertama khulafaurrasyidin yakni pada masa Kholifah Abu Bakar Siddik. Ide penetapan penanggalan islam itu dilontarkan oleh sahabat Ya'la bin Muawiyah yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Yaman.
   Pada masa itu kaum muslimin belum memiliki penanggalan (kalender) yang dapat dipergunakan secara umum. Penanggalan yang digunakan ada yang dimulai sejak peristiwa penyerangan Raja Abrahah ke ka'bah, ada juga yang memulai sejak peristiwa-peristiwa penting lainnya yang terjadi pada masa itu.
   Titik awal penelusuran sejarah penetapan tahun hijrah, dikabarkan bahwa Gubernur Basyrah (Irak), Abu Musa Al Asy'ari pernah mengirim surat kepada Kholifah Umar bin Khottob yang isinya bahwa beliau pernah menerima surat dari kholifah yang tidak mencantumkan tanggal.
Surat dari Gubernur Bashrah (Irak) tersebut disikapi Kholifah Umar sebagai sindiran halus tentang perlunya penetapan penanggalan (kalender) yang seragam yang dipergunakan sebagai penanggalan, baik dikalangan pemerintahan maupun masyarakat umum.
Setelah menerima sindiran halus itu, Kholifah Umar bin Khottob menindaklanjuti dengan memanggil staf-stafnya untuk berdiskusi membicarakan masalah yang dianggap remeh sebelumnya, namun suatu saat penting dan menentukan yaitu menetapkan penanggalan (kalender) islam.
   Masalah yang paling rumit dan menarik dalam pembicaraan itu ialah darimana titik awal dimulainya tahun baru islam itu. Ada empat usulan yang dikemukakan dalam pembicaraan tersebut:
  1. Diusulkan dihitung mulai dari hari lahirnya Nabi Muhammad SAW
  2. Dihitung dimulai dari peristiwa wafatnya Nabi Muhammad SAW
  3. Ada yang mengusulkan agar dihitung dimulai dari peristiwa Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Goa Hira
  4. dan yang keempat mengusulkan agar dihitung dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekah ke Madinah.
    Menurut catatan sejarah usul keempat itu dimajukan oleh Ali bin Abi Tolib yang waktu itu tercatat sebagai staf Kholifah Umar bin Khottob yang paling muda.
Setelah dilakukan pembicaraan secara mendalam, akhirnya disepakati bahwa penanggalan (kalender) islam ditetapkan dimulai sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari kota Mekah ke Madinah yang pada masa itu bernama Yatsrib yang kemudian namanya diabadikan menjadi Madinatul Munawarah, artinya kota yang memancarkan cahaya yang terang benderang.
Diantara motivasi penetapan tahun baru hijrah itu mengandung-nilai nilai yang sangat mengesankan, baik dinilai dari segi sejarah maupun segi lainnya.
Dilihat dari sudut sejarah, peristiwa hijrah itu merupakan titik awal pemisahan antara yang haq dan yang bathil, dari masa kegelapan ke masa terang benderang, dari masa kemacetan penyiaran agama islam menuju ke suatu ruang yang lebih terbuka untuk menyiarkan agama islam serta ajaran-ajaran islam lainnya.
Selama kurun waktu lebih kurang tiga belas tahun Rasullah menyiarkan dan mengembangkan Agama Islam di Kota Mekah boleh dikatakan jalan di tempat, karena tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Rosulullah sangat berat terutama dari kalangan kaum kafir qurays yang berusaha mempertahankan tradisi-tradisi jahiliyah yang telah mendarah daging di hati masyarakat qurays pada waktu itu. Akhirnya Allah memberikan petunjuk kepada Rasulullah beserta pengikutnya pada waktu itu yang jumlahnya tidak lebih dari 200 orang untuk hijrah atau pindah dari lingkungan yang gersang ke suatu tempat yang memberikan pengharapan bahwa benih-benih ajaran islam akan dapat tumbuh dan berkembang lebih baik di tanah yang subur, yaitu Kota Yatsrib (Madinah sekarang)

   Disamping itu, perlu diketahui bahwa beberapa tahun sebelum hijrah, Rasulullah talah dua kali mengadakan pengkaderan menanmkan nilai-nilai ajaran islam terhadap pemuda-pemuda dan tokoh-tokoh dari Kota Yatsrib yang berlangsung di kaki bukit aqabah, sehingga dalam sejarah dikenal dengan sebutan baiatul aqabah 1 dan 2. Para pemuda dan tokoh-tokoh yatsrib itu bersedia menjadi ujung tombak merintis kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan di tanah kelahiran mereka di Kota Yatsrib (Madinah) yang kemudian dikenal dengan sebutan Kaum Anshar (Penolong)

Khalifah Umar bin Khattab bersabda "Peristiwa hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kepalsuan. Wajarlah apabila peristiwa itu kamu kukuhkan dalam lembaran sejarah"
Nilai-nilai utama yang dapat dipetik dari peristiwa hijrah itu antara lain:
  1. Pengabdian yang luar biasa yang di dasari atas rasa ketaqwaan dan keimanan semata dari Allah SWT
  2. Keyakinan yang teguh, bahwa setiap cita-cita, terutama cita-cita yang diridlai Allah SWT akan berhasil dan dikabulkan Allah SWT
  3. Setiap perjuangan memerlukan penderitaan, pengorbanan dan berbagai macam rintangan yang menghadang, namun harus dihadapi dengan hati dan semangat yang membara.
   Peringatan tahun baru islam belum membudaya dalam masyarakat islam dan belum merata sampai di wilayah pedalaman bumi Indonesia ini sebagaimana peringatan Maulid Nabi, Israk Mikraj, Hari Raya Idul Fitri dan hari-hari besar islam lainnya walaupun sudah berlangsung lebih dari 14 abad lamnya.
Salah satucontoh yang nyata, bila telah tiba Hari Raya Idul Fitri, ribuan lembar kartu lebaran, ratusan pesan singkat, dan deringan suara ucapan selamat beterbangan dikirimkan ke alamat yang dituju, baik kerabat, handai taulan dan relasi-relasi lainnya.
Jujur kita akui, untuk hari besar tahun baru islam, kegiatan-kegiatan seperti tersebut diatas yang bertujuan mempererat tali persaudaraan boleh dikatakan kurang mendapat perhatian (dipandang sebelah mata) atau dalam istilah sekarang dikatakan "pasaran sepi'. Oleh karena itu kepada saudaraku sesama muslim marilah kita rayakan tahun baru hijriyah ini  sebagaimana kita merayakan hari-hari besar islam lainya.
   
   Rektor Azhar University, Prof. Mohd. Khadr menyatakan :"Apabila kita merayakan hari yang bersejarah itu, maka sesungguhnya yang kita peringati dan yang kita rayakan ialah suatu hari yang menjadi garis pemisah antara yang hak dan yang batal. Suatu momentum sejarah dimana kaum muslimin memperoleh kebebasan menjalankan tugas-tugas mereka mencapai kemerdekaan melaksanakan ibadah, menjelmakan kebahagiaan umat yang lepas sama sekali dari intrik-intrik musuh (Muhammad Rasulullah wa khotamun nabiyin". hal 99).

SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1435 H
Semoga Allah SWT meridlai, Amin
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar