Ketika kalender 2014 sampai pada lembar terakhir, pada tanggal 22 Desember tertulis keterangan dibagian bawah "hari ibu". Sebagian besar Bangsa Indonesia khususnya para ibu, di sebagian belahan Negeri Indonesia mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati hari yang sangat mulia itu. Harus kirta sadari, bahwa keberadaan kita di dunia ini lantaran seorang ibu. Oleh karena itu tidak berlebihan bila pemerintah menghargai jasa seorang ibu satu tingkat lebih tinggi bila dibanding dengan seorang ayah. Dan juga ada satu surat di dalam Alquran (An Nisa) yang berarti seorang perempuan. Berikut ini kami sajikan kisah kasih yang abadi yang dialami oleh seorang ibu yang patut kita renungkan.
Alqomah, adalah salah satu sahabat Nabi yang paling setia. Terbukti sekujur tubuh Alqomah penuh bekas luka akibat melindungi Rasululloh dalam berbagai pertempuran. Suatu hari Alqomah sakit keras yang mengakibatkan mulutnya terkunci rapat dan tidak dapat mengucapkan sepatah katapun. Para sahabat yang lain berusaha menuntun dan mengajari kalimah-kalimah toyibah agar bibir Alqomah dapat menirukan bacaan-bacaan tersebut, namun bibir alqomah tetap terkunci,sehingga para sahabat merasa cemas, jangan-jangan Alqomah tidak dapat mengucapkan kalimah tauhid dipenghujung ayatnya. Hal itu (bila terjadi) merupakan malapetaka yang sangat besar.
Salah seorang sahabar segera bergegas menemui Rasululloh dan menceriterakan keadaan yang dialami Alqamah. Mendengar berita tersebut Rasulullah segera berlari menuju rumah sahabat setianya itu dan dengan sabar langsung membisikkan kalimat tauhid ke telinga Alqamah, namun Alqamah tidak bereaksi, biji matanya berptar-putar dan nafasnya menandakan ia masih bisa memahami kata-kata Rasulullah.
Rasulullah bertanya kepada para sahabat: "Apakah kalian mengetahui kalau Alqamah masih memiliki orang tua? Aku curiga, jangan-jangan Alqamah pernah durhaka kepada kedua orang tuanya, sebab ridla Allah tergantung ridla orang tuanya".
Salah seorang sahabat menjawab: "Ayahnya sudah meninggal tapi ibunya masih hidup Rasul".
Sahabat yang lain menceriterakan bahwa ibu Alqamah hidup di sebuah perkampungan di seberang sana.
Sahabat yang lain menceriterakan bahwa ibu Alqamah hidup di sebuah perkampungan di seberang sana.
Selanjutnya Rasulullah memerintahkan Ali dan Bilal untuk mencari rumah ibu Alqamah, keduanya berharap, bila menemukan ibu Alqamah agar mau memaafkan kesalahan-kesalahan Alqamah. Akhirnya Ali dan Bilal menemukan rumah reot, di dalamnya dihuni wanita tua yang sudah renta dan bongkok. Sesampai di rumah itu Ali dan Bilal mengetuk pintu dan mengucap salam. "Assalamu'alaikum, apa betul nenek ini ibunya Alqamah?
Nenek menggelenggakan kepala dan berkata:"bukan, aku bukan ibu alqamah".
"Tapi kata orang sebelah nenek ibunya Alqamah" kata Ali.
"Saudara percaya pada tetangga apa percaya sama saya" kata Alqamah. "Dulu Alqamah memang anakku, aku yang melahirkan dengan susah payah, dulu, waktu ia kelaparan dan kedinginan aku yang menyuapi dan memberikan ASI, sekarang Alqamah bukan anakku lagi"
Nenek menggelenggakan kepala dan berkata:"bukan, aku bukan ibu alqamah".
"Tapi kata orang sebelah nenek ibunya Alqamah" kata Ali.
"Saudara percaya pada tetangga apa percaya sama saya" kata Alqamah. "Dulu Alqamah memang anakku, aku yang melahirkan dengan susah payah, dulu, waktu ia kelaparan dan kedinginan aku yang menyuapi dan memberikan ASI, sekarang Alqamah bukan anakku lagi"
Ali dan Bilal berpandangan seakan tak percaya mendengar ucapan nenek tua tadi. Bagai petir di siang bolong, keduanya tidak dapat berbuat dan berkata apa-apa.
"Sesudah Alqamah dewasa dan memiliki istri, ia bukan anakku lagi, ia sangat sibuk dengan urusannya sendiri dan terlalu mencintai istri daripada mencintai aku, sampai tidak ada waktu sama sekali menengok keadaanku, jangankan mengirim sedikit nafkah untukku, mengirim salampun tidak pernah".
Ali dan Bilal menundukkan kepala, nenek itu terus berbicara:"Pada suatu hari Alqamah lewat didepan rumahku, ia hanya sekali masuk ke rumahku semenjak ia mempunyai istri, Alqamah membawa dua bungkusan, yang satu diserahkan kepadaku, alangkah gembiranya hatiku lenyap sudah semua dendam kesumatku. Bungkusan itu segera kubuka dihadapannya sebagai bukti kesenanganku. Ternyata bungkusan itu berisi kain sutra yang sangat indah, kupeluk dan ku cium kain itu". Namun apa yang terjadi,. ia mengambil kain itu sambil berkata:" Maaf bu, hadiah itu keliru, kain sutera ini buat istriku, dan untuk ibu yang satu lagi" Nenek melanjutkan ceritanya: "Sesudah kubuka bungkusan itu, betapa kecewanya aku, sebab bungkusan itu ternyata hanya berisi pakaian bekas yang tidak lebih baik dari pakaian yang kupakai setiap hari, masih berhakkah Alqamah menganggap sebagai anakku?" Kekecewanya hati ibu Alqamah nampak terlihat pada wajah nenek tua itu akibat ulah anaknya, Alqamah.
Dengan berat hati, Ali dan Bilal mengabarkan bahwa Alqamah sedang sekarat dan tidak dapat mengucapkan kalimat tauhid dan memohon kepada nenek agar sudi memaafkan semua kesalahann Alqamah.
"Tidak. Alqamah bukan anakku, Rasulullah boleh memerintahkan apa saja kepadaku, asal jangan menyuruh aku mengampuni Alqamah. Dosa alqamah begitu besar karena durhaka kepadaku. Alqamah bukan anakku".
Ali dan Bilal akhirnya pulang dan langsung menghadap Rasululloh dan menceriterakan apa yang baru saja dialaminya. Nabi merenung, sementara Alqamah masih sekarat.
Kemudian Nabi bersabda: " Ali dan Bilal, katakan kepada nenek itu suruh datang kemari, jangan bilang apa tujuannya, katakan saja kepada nenek, Rasulullah meminta kedatangannya"
Ali dan Bilal berangkat dengan membawa kendaraan unta untuk menjemput ibu Alqamah.
Sementara Rasulullah meminta kepada para sahabat yang lain untuk mengumpulkan dan menyusun tumpukan kayu bakar di depan rumah Alqamah dan mengusung jasad Alqamah dipembaringannya di dekat tumpukan kayu bakar tersebut.
Ali dan Bilal tiba kembali dengaan membawa nenek yang masih belum mau mengampuni dosa anaknya itu. Rasulullah langsung menyambutnya dengan hangat dan penuh hormat: "Assalamu'alaikum, selamat datang wahai nenek yang mulia"
"Terima kasih wahai junjunganku" jawab nenek dengan bangga.
Tiba-tiba nenek berubah roman mukanya, pucat, kemudian bertanya; "Siapa yang tergolek dipembaringan dekat tumpukan kayu bakar itu?"
Rasulullah menjawab: "Yang tergeletak lemas dan kurus itu adalah bekas anak nenek, Alqamah, ia durhaka kepada ibunya, ia tersiksa da sekarat, oleh karena itu daripada menderita berkepanjangan lebih baik dia akan kubakar.". Nenek itu seakan tidak percaya.
"Betulkah ia akan dibakar?" Rasulullah menjawab: "Pasti, kecuali bila nenek memaafkan atas segala dosa-dosanya"
"Tidak!" teriak nenek "Bakarlah dia, aku tidak peduli, dia bukan anakku".
Nabi lantas menyuruh sahabatnya untuk menyalakan api. Setelah api menjilat-jilat, nabi menyyuruh agar Alqamah diangkat dari pembaringan dan dilemparkan kedalam api, nenek terperangah, nenek itu menjerit ketika Alqomah diusung ke unggunan api itu.
"Betulkah akan kau bakar dia hidup-hidup di depanku?" tanya nenek.
Nabi kembali mengangguk "Bila nenek tidak mau memaafkan alqamah".
Kemudian nenek menjerit dan menangis. "Ya Rasulullah, jangan bakar dia. walau bagaimanapun Alqamah adalah anakku, dia darah dagingku sendiri, biarlah aku ampuni dan maafkan semua kesalahannya"
Begitu terucap kata maaf dari bibir nenek tersebut, bahwa dosa Alqamah telah diampuni,seketika itu juga Alqamah dapat menyebut asma Allah dan meninggal dengan tenang.
Ali dan Bilal menundukkan kepala, nenek itu terus berbicara:"Pada suatu hari Alqamah lewat didepan rumahku, ia hanya sekali masuk ke rumahku semenjak ia mempunyai istri, Alqamah membawa dua bungkusan, yang satu diserahkan kepadaku, alangkah gembiranya hatiku lenyap sudah semua dendam kesumatku. Bungkusan itu segera kubuka dihadapannya sebagai bukti kesenanganku. Ternyata bungkusan itu berisi kain sutra yang sangat indah, kupeluk dan ku cium kain itu". Namun apa yang terjadi,. ia mengambil kain itu sambil berkata:" Maaf bu, hadiah itu keliru, kain sutera ini buat istriku, dan untuk ibu yang satu lagi" Nenek melanjutkan ceritanya: "Sesudah kubuka bungkusan itu, betapa kecewanya aku, sebab bungkusan itu ternyata hanya berisi pakaian bekas yang tidak lebih baik dari pakaian yang kupakai setiap hari, masih berhakkah Alqamah menganggap sebagai anakku?" Kekecewanya hati ibu Alqamah nampak terlihat pada wajah nenek tua itu akibat ulah anaknya, Alqamah.
Dengan berat hati, Ali dan Bilal mengabarkan bahwa Alqamah sedang sekarat dan tidak dapat mengucapkan kalimat tauhid dan memohon kepada nenek agar sudi memaafkan semua kesalahann Alqamah.
"Tidak. Alqamah bukan anakku, Rasulullah boleh memerintahkan apa saja kepadaku, asal jangan menyuruh aku mengampuni Alqamah. Dosa alqamah begitu besar karena durhaka kepadaku. Alqamah bukan anakku".
Ali dan Bilal akhirnya pulang dan langsung menghadap Rasululloh dan menceriterakan apa yang baru saja dialaminya. Nabi merenung, sementara Alqamah masih sekarat.
Kemudian Nabi bersabda: " Ali dan Bilal, katakan kepada nenek itu suruh datang kemari, jangan bilang apa tujuannya, katakan saja kepada nenek, Rasulullah meminta kedatangannya"
Ali dan Bilal berangkat dengan membawa kendaraan unta untuk menjemput ibu Alqamah.
Sementara Rasulullah meminta kepada para sahabat yang lain untuk mengumpulkan dan menyusun tumpukan kayu bakar di depan rumah Alqamah dan mengusung jasad Alqamah dipembaringannya di dekat tumpukan kayu bakar tersebut.
Ali dan Bilal tiba kembali dengaan membawa nenek yang masih belum mau mengampuni dosa anaknya itu. Rasulullah langsung menyambutnya dengan hangat dan penuh hormat: "Assalamu'alaikum, selamat datang wahai nenek yang mulia"
"Terima kasih wahai junjunganku" jawab nenek dengan bangga.
Tiba-tiba nenek berubah roman mukanya, pucat, kemudian bertanya; "Siapa yang tergolek dipembaringan dekat tumpukan kayu bakar itu?"
Rasulullah menjawab: "Yang tergeletak lemas dan kurus itu adalah bekas anak nenek, Alqamah, ia durhaka kepada ibunya, ia tersiksa da sekarat, oleh karena itu daripada menderita berkepanjangan lebih baik dia akan kubakar.". Nenek itu seakan tidak percaya.
"Betulkah ia akan dibakar?" Rasulullah menjawab: "Pasti, kecuali bila nenek memaafkan atas segala dosa-dosanya"
"Tidak!" teriak nenek "Bakarlah dia, aku tidak peduli, dia bukan anakku".
Nabi lantas menyuruh sahabatnya untuk menyalakan api. Setelah api menjilat-jilat, nabi menyyuruh agar Alqamah diangkat dari pembaringan dan dilemparkan kedalam api, nenek terperangah, nenek itu menjerit ketika Alqomah diusung ke unggunan api itu.
"Betulkah akan kau bakar dia hidup-hidup di depanku?" tanya nenek.
Nabi kembali mengangguk "Bila nenek tidak mau memaafkan alqamah".
Kemudian nenek menjerit dan menangis. "Ya Rasulullah, jangan bakar dia. walau bagaimanapun Alqamah adalah anakku, dia darah dagingku sendiri, biarlah aku ampuni dan maafkan semua kesalahannya"
Begitu terucap kata maaf dari bibir nenek tersebut, bahwa dosa Alqamah telah diampuni,seketika itu juga Alqamah dapat menyebut asma Allah dan meninggal dengan tenang.